Minggu (9/6) menjadi momen bersejarah bagi dunia tenis ketika Carlos Alcaraz, petenis berusia 21 tahun, berhasil bangkit dan mengalahkan Alexander Zverev dalam final French Open yang epik. Dalam pertandingan lima set yang menegangkan, Alcaraz berhasil memenangi gelar Grand Slam di ketiga permukaan: lapangan keras, tanah liat, dan rumput.
Dalam pernyataannya setelah kemenangan gemilang ini, Alcaraz mengungkapkan bahwa ini adalah impian yang ia kejar sejak usia dini saat ia mulai bermain tenis. Kemenangan ini tidak hanya menambah koleksi trofi Alcaraz, tetapi juga membuatnya menjadi petenis termuda yang meraih gelar Grand Slam di ketiga permukaan.
Pertandingan final ini memperlihatkan semangat juang Alcaraz yang luar biasa. Meskipun tertinggal 2-1 dalam set, ia tidak menyerah dan terus berjuang hingga akhir. Dengan kekuatan mental dan keterampilan tenis yang luar biasa, Alcaraz berhasil membalikkan keadaan dan mengamankan kemenangan setelah empat jam 19 menit pertandingan di Lapang Philippe Chatrier.
Sementara itu, Zverev, yang merupakan unggulan keempat, harus puas dengan kekalahan ini. Meskipun memiliki harapan besar untuk meraih gelar Grand Slam pertamanya, Zverev tidak mampu mengatasi ketangguhan Alcaraz di momen-momen penting. Ini menjadi kekalahan kedua Zverev dalam pertandingan final Grand Slam, setelah sebelumnya kalah di US Open 2020.
Pertandingan final ini juga memperlihatkan bahwa Alcaraz tidak hanya memiliki keterampilan tenis yang brilian, tetapi juga kekuatan mental yang luar biasa. Meskipun mengalami kesalahan di beberapa momen krusial, Alcaraz tetap teguh dan fokus pada tujuannya untuk meraih gelar.
Kemenangan Alcaraz dalam final French Open ini akan menjadi momen yang akan diingat dalam sejarah tenis. Dengan usianya yang masih muda, Alcaraz memiliki potensi untuk menjadi salah satu pemain besar di masa depan. Dengan gelar Grand Slam di ketiga permukaan, Alcaraz membuktikan bahwa ia layak diperhitungkan sebagai salah satu pemain tenis terbaik generasinya.