Tidak semua orang suka membicarakan masalah keuangan, bahkan saat mereka sudah berpacaran dan merencanakan pernikahan. Sikap tertutup ini bisa membuat pasangan merasa ragu tentang keseriusan hubungan mereka untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Seorang psikolog keluarga dan konsultan pranikah, Sukmadiarti, M.Psi., menyarankan agar cara terbaik untuk membuka pembicaraan tentang keuangan adalah dengan mengambil pendekatan yang lembut.
“Percakapan tentang keuangan sebaiknya dimulai secara perlahan-lahan, mungkin dengan membicarakan gambaran keuangan masa depan kalian berdua dengan menggunakan bahasa yang terbuka,” ujar Sukmadiarti kepada Kompas.com. Hal ini berarti tidak perlu mendesak pasangan untuk membahas topik keuangan dalam satu hari saja. Jika pasangan cenderung tertutup, maka mereka akan semakin menutup diri jika langsung diserang dengan pertanyaan serius sepanjang hari.
Sebagai gantinya, obrolan bisa dimulai dengan topik orangtua. Tanyakan saja apakah orangtua mereka masih bekerja atau sudah pensiun, serta apakah mereka memiliki adik yang masih bersekolah atau kuliah. Dari sini, percakapan bisa berkembang menjadi pembicaraan tentang bagaimana mereka membantu orangtua dan adik-adiknya secara finansial. Penting untuk diingat bahwa tidak perlu memaksa pasangan untuk memberikan jawaban yang detail jika mereka merasa enggan.
“Dengan cara ini, kita bisa mendapatkan gambaran tentang kondisi keluarga pasangan secara umum tanpa harus bertanya secara spesifik,” tambah Sukmadiarti. Selain itu, kamu juga bisa mencoba membicarakan istilah “generasi sandwich” yang sedang populer belakangan ini, dan menanyakan apakah pasangan termasuk dalam kategori tersebut atau tidak. Melalui percakapan semacam ini, kamu bisa mendapatkan informasi secara umum tentang keuangan dan kondisi keluarga pasangan.
Mengetahui situasi keuangan pasangan sangat penting bagi mereka yang sudah serius dalam hubungan dan berencana untuk menikah. Sukmadiarti menjelaskan bahwa hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang kehidupan setelah menikah. “Kita perlu memahami dan menyepakati hal ini bersama-sama. Karena banyak yang merasa tidak siap karena pasangan masih harus membantu keluarga besar mereka dan lain sebagainya,” ungkapnya.
Namun, tidak semua orang yang masih membantu keluarganya tidak mampu untuk memberikan nafkah bagi keluarga barunya. Oleh karena itu, penting untuk membicarakan masalah keuangan sejak tahap pacaran untuk memastikan kemampuan calon pasangan dalam memberi nafkah di masa depan. “Pembicaraan ini penting agar kita bisa menerima pasangan dengan lebih baik, tanpa prasangka buruk. Jika tidak dibicarakan sejak awal, prasangka negatif inilah yang bisa menyebabkan ketidakpuasan atau masalah setelah menikah,” pungkas Sukmadiarti.