Ismail Haniyeh, salah satu pemimpin senior Hamas, menjadi sasaran pembunuhan atau serangan saat berada di Iran. Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) dan Hamas mengkonfirmasi kematian Haniyeh dalam insiden tersebut. Haniyeh telah memimpin Hamas selama dua dekade terakhir, menjalankan operasi politik kelompok perlawanan tersebut dari pengasingan di Qatar. Pada Selasa (30/7), Haniyeh berada di Iran bersama anggota senior lain dari ‘poros perlawanan’ Iran untuk menghadiri pelantikan presiden baru terpilih.
Ibrahim Madhoun, seorang analis yang dekat dengan Hamas, mengatakan bahwa kematian Haniyeh merupakan pukulan telak bagi kelompok tersebut. Namun, ia meyakinkan bahwa kematiannya tidak akan meruntuhkan Hamas sepenuhnya. Hamas pernah menghadapi situasi serupa dengan kematian para pemimpin mereka oleh Israel. Pembunuhan Ismail Haniyeh menunjukkan bahwa tidak ada garis merah dalam konflik antara Israel dan Hamas.
Hamas mengumumkan bahwa Ismail Haniyeh tewas dalam serangan Israel di Teheran melalui akun Telegram resmi mereka. Garda Revolusi Iran juga mengonfirmasi bahwa Haniyeh tewas saat menghadiri upacara pelantikan presiden baru Iran. Mereka menyatakan bahwa Haniyeh dan seorang penjaga keamanan Iran menjadi target serangan di tempat tinggal mereka.
Meskipun Militer Israel tidak mengeluarkan perintah darurat baru untuk publik Israel, mereka tetap siap menghadapi segala skenario yang mungkin terjadi. Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, menyatakan bahwa mereka lebih memilih menyelesaikan permusuhan tanpa perang yang lebih besar, namun tetap siap untuk menghadapi segala kemungkinan.
Kematian Ismail Haniyeh merupakan pukulan bagi Hamas, namun kelompok tersebut tetap teguh dalam perjuangan mereka. Konflik antara Israel dan Hamas terus berlanjut tanpa ada tanda-tanda perdamaian dalam waktu dekat. Semoga kedamaian dapat segera tercapai di kawasan tersebut.